Setelah mencoba membaca resensi
yg judulnya "Membaca Sastra, Untuk Apa?"
Pikirku mengeras ditengah hujan. Tiba-tiba
saja keinginan menulis itu muncul seketika, apa ini yang namanya inspirasi yang
sebenarnya? Saya teruskan saja, aku mengambil dua lembar kertas yang dibagikan
saat seminar tadi dengan membuka resleting paling luar aku menaruhnya. Kertas itu
berisi ulasan tema yang dibicarakan dan dibahas pada seminar tadi, tapi yang menarik
minatku adalah tulisannya mas Nanang Fahrudin (sebagai Pemakalah Seminar) yang
judulnya seperti tulisan paling atas tadi.
Pada saat sesi Tanya jawab, saya
sengaja menyimak lebih serius pertanyaan seorang peserta dan jawabannya pun ku
dengarkan dan ku pahami betul. Seketika ku ambil bolpoint dari saku yang
tertutup jas almamater dan aku menulis jawaban dari pertanyaan tadi, jawabannya
memang tidak spesifik pada permasalahan yang ditanyakan, entah tadi pernyataannya
apa saya tidak ingat tapi mencoba meringkasnya dalam pengertianku sendiri.
Budaya baca khususnya di
Bojonegoro menurut mas Nanang : minat budaya baca dimasyarakat sangat
memprihatinkan. Beliau memberikan contoh faktanya, bahwa Perpustakaan Umum yang
ada di Bojonegoro dibandingkan dengan warung kopi yang berada tepat berhadapan perpustakaan
tersebut diseberang jalan pengunjungnya lebih banyak dibandingkan para anak
muda yang sedang “Ngopi” diwarung depan perpustakaan. Pemandangan ini sudah terlihat jelas bahwa
minat budaya baca dimasyarakat khususnya untuk para kaula muda sangatlah
memprihatinkan. Nah, bagaimana solusinya?
Solusinya juga tadi saya tulis
sedikit yaitu “dengan mewajibkan seseorang (para anak muda) untuk membaca karya
sastra dalam bentuk apapun, kalau seseorang sudah membaca karya sastra tentunya
akan tergerak untuk membaca.”
Seorang peserta tadi juga
menanyakan hubungan sastra dengan dunia pendidikan dan dijawab oleh mas Anas
A.G. menurut beliau bahwa sastra adalah sebuah rasa. Sastra adalah sebuah
kemanusiaan. Sastra dapat menjadikan manusia lebih menjadi seorang manusia.
Wah, kata-kata yang sangat “wah”
sekali menurut pikiranku.
Mungkin berawal dari sinilah
ceritanya saya tergerak untuk lebih mendalami ilmu bahasa Indonesia yang
nantinya untuk bekal ku menuju masa depan lebih pasti.
No comments:
Post a Comment